Pendapatan Dasar: Pengejaran Gigih Politisi Korea Selatan Lee Jae-myung
Sebagai presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung terkenal tidak hanya karena gaya politiknya yang unik, tetapi juga karena dukungannya yang lama terhadap ide pendapatan dasar yang telah menarik perhatian banyak orang. Dari Kota Seongnam ke Provinsi Gyeonggi, hingga ke seluruh negeri, Lee Jae-myung telah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun untuk secara bertahap mendorong ide yang tampaknya utopis ini menjadi kenyataan.
Pendapatan Dasar Universal ( UBI ) adalah konsep yang sudah ada sejak lama, yang dapat ditelusuri kembali ke abad ke-16 dalam karya Thomas More "Utopia". Sejak abad ke-20, banyak ekonom dan aktivis sosial telah melakukan diskusi mendalam tentang hal ini. Memasuki abad ke-21, dengan perkembangan pesat kecerdasan buatan, UBI kembali menjadi topik hangat, dan banyak negara di seluruh dunia juga mulai melakukan percobaan terkait.
Perjalanan UBI Lee Jae-myung dimulai pada tahun 2016. Saat itu, sebagai Wali Kota Seongnam, ia memutuskan untuk memberikan 1 juta won Korea secara tidak bersyarat kepada semua pemuda berusia 24 tahun. Meskipun mendapat kritik, kebijakan ini ternyata sukses di luar dugaan, tidak hanya menguntungkan kelompok muda, tetapi juga mendorong perkembangan ekonomi lokal. Pengalaman sukses ini menjadi dasar bagi karir politiknya di masa depan.
Setelah terpilih sebagai Gubernur Gyeonggi-do pada tahun 2018, Lee Jae-myung memperluas rencana pendapatan dasar kepada kelompok pemuda di 31 kota dan kabupaten di wilayahnya. Pada tahun 2022, ia meluncurkan percobaan yang lebih visioner di daerah pedesaan: dengan memilih secara acak sebuah desa, memberikan tunjangan bulanan sebesar 150.000 won Korea kepada semua 3.880 penduduk desa tersebut selama lima tahun, dengan tujuan untuk mempelajari dampak pendapatan dasar terhadap kesehatan, ekonomi lokal, pekerjaan, dan ketidaksetaraan distribusi.
Dalam pemilihan presiden 2022, Lee Jae-myung mengusulkan rencana UBI progresif yang bertujuan untuk memberikan dukungan ekonomi kepada semua warga Korea Selatan. Jumlah awalnya adalah 250.000 won per orang per tahun, dan direncanakan untuk secara bertahap meningkat menjadi 1.000.000 won selama masa jabatannya. Namun, rencana ini mendapat kritik keras dari lawan-lawannya dan juga memicu kekhawatiran publik tentang peningkatan pajak. Pada akhirnya, Lee Jae-myung kalah tipis, yang mungkin merupakan harga politik yang dibayarnya untuk visi UBI.
Setelah mengambil pelajaran, Lee Jae-myung mengambil sikap yang lebih hati-hati terhadap isu UBI dalam pemilihan presiden 2025. Ia lebih menekankan kebijakan pro-bisnis, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta perkembangan kecerdasan buatan. Namun, menjelang pemilihan, ia sekali lagi mengemukakan konsep "masyarakat dasar", menunjukkan komitmennya terhadap filosofi UBI.
Lee Jae-myung berpendapat bahwa, dalam era di mana AI dan robot mendominasi produksi, asumsi tradisional "setiap orang dapat terus bekerja" sudah usang. Ia mengusulkan agar keuntungan dari kemajuan teknologi harus dibagikan kepada semua orang, bukan didominasi oleh segelintir orang. Menurutnya, UBI bukan hanya kebijakan kesejahteraan, tetapi juga merupakan alat penting untuk menghadapi pemisahan sosial, dampak revolusi teknologi, dan penyusutan ekonomi.
Perlu dicatat bahwa konsep UBI telah mendapatkan perhatian luas di Korea Selatan. Tidak hanya partai politik khusus yang didirikan, tetapi juga tokoh-tokoh politik lainnya yang melakukan percobaan terkait. Kota Seoul sedang menjalankan eksperimen "penghasilan yang aman", bahkan rival politik Lee Jae-myung juga telah memasukkan konsep penghasilan dasar dalam platform partainya. Semua ini menunjukkan bahwa UBI di Korea Selatan telah bergerak dari konsep pinggiran menuju diskusi arus utama.
Namun, penerapan UBI secara besar-besaran masih menghadapi banyak tantangan, seperti keberlanjutan fiskal, pencapaian konsensus sosial, dan pelaksanaan kebijakan. Keberhasilan gagasan "sosial dasar" Li Jae-myung tidak hanya tergantung pada ide itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana mengatasi berbagai masalah dalam kenyataan.
Di era yang kaya materi dan teknologi yang maju ini, eksplorasi Lee Jae-myung mengajukan pertanyaan yang mendalam: Ketika mesin mengambil alih produksi, bagaimana manusia dapat mempertahankan martabat dan nilai di tengah gelombang teknologi? Mungkin ini adalah pemikiran terpenting yang ia tinggalkan untuk kita------bukan jawaban yang siap pakai, tetapi sebuah pertanyaan abadi tentang masa depan umat manusia.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
19 Suka
Hadiah
19
7
Bagikan
Komentar
0/400
MetaMaximalist
· 07-17 16:50
adoption curves suggest ubi was inevitable... ngmi without it tbh
Balas0
LightningSentry
· 07-17 14:14
Korea cukup berani berpikir
Lihat AsliBalas0
GateUser-4745f9ce
· 07-16 21:57
Tidak ada yang lebih baik daripada koin menganggur untuk semua orang.
Lihat AsliBalas0
FlashLoanKing
· 07-15 05:05
Utang daerah tidak cukup masih ingin melakukan ubi?
Lihat AsliBalas0
SellLowExpert
· 07-14 21:17
play people for suckers apa yang tidak dapat dipotong dari kehidupan masyarakat
Lihat AsliBalas0
BearMarketMonk
· 07-14 21:16
Idealisasi sangat menggoda, tetapi kenyataannya terlalu keras.
Jalan UBI Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung: Ketekunan dan Tantangan dari Seongnam ke Cheongwadae
Pendapatan Dasar: Pengejaran Gigih Politisi Korea Selatan Lee Jae-myung
Sebagai presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung terkenal tidak hanya karena gaya politiknya yang unik, tetapi juga karena dukungannya yang lama terhadap ide pendapatan dasar yang telah menarik perhatian banyak orang. Dari Kota Seongnam ke Provinsi Gyeonggi, hingga ke seluruh negeri, Lee Jae-myung telah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun untuk secara bertahap mendorong ide yang tampaknya utopis ini menjadi kenyataan.
Pendapatan Dasar Universal ( UBI ) adalah konsep yang sudah ada sejak lama, yang dapat ditelusuri kembali ke abad ke-16 dalam karya Thomas More "Utopia". Sejak abad ke-20, banyak ekonom dan aktivis sosial telah melakukan diskusi mendalam tentang hal ini. Memasuki abad ke-21, dengan perkembangan pesat kecerdasan buatan, UBI kembali menjadi topik hangat, dan banyak negara di seluruh dunia juga mulai melakukan percobaan terkait.
Perjalanan UBI Lee Jae-myung dimulai pada tahun 2016. Saat itu, sebagai Wali Kota Seongnam, ia memutuskan untuk memberikan 1 juta won Korea secara tidak bersyarat kepada semua pemuda berusia 24 tahun. Meskipun mendapat kritik, kebijakan ini ternyata sukses di luar dugaan, tidak hanya menguntungkan kelompok muda, tetapi juga mendorong perkembangan ekonomi lokal. Pengalaman sukses ini menjadi dasar bagi karir politiknya di masa depan.
Setelah terpilih sebagai Gubernur Gyeonggi-do pada tahun 2018, Lee Jae-myung memperluas rencana pendapatan dasar kepada kelompok pemuda di 31 kota dan kabupaten di wilayahnya. Pada tahun 2022, ia meluncurkan percobaan yang lebih visioner di daerah pedesaan: dengan memilih secara acak sebuah desa, memberikan tunjangan bulanan sebesar 150.000 won Korea kepada semua 3.880 penduduk desa tersebut selama lima tahun, dengan tujuan untuk mempelajari dampak pendapatan dasar terhadap kesehatan, ekonomi lokal, pekerjaan, dan ketidaksetaraan distribusi.
Dalam pemilihan presiden 2022, Lee Jae-myung mengusulkan rencana UBI progresif yang bertujuan untuk memberikan dukungan ekonomi kepada semua warga Korea Selatan. Jumlah awalnya adalah 250.000 won per orang per tahun, dan direncanakan untuk secara bertahap meningkat menjadi 1.000.000 won selama masa jabatannya. Namun, rencana ini mendapat kritik keras dari lawan-lawannya dan juga memicu kekhawatiran publik tentang peningkatan pajak. Pada akhirnya, Lee Jae-myung kalah tipis, yang mungkin merupakan harga politik yang dibayarnya untuk visi UBI.
Setelah mengambil pelajaran, Lee Jae-myung mengambil sikap yang lebih hati-hati terhadap isu UBI dalam pemilihan presiden 2025. Ia lebih menekankan kebijakan pro-bisnis, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta perkembangan kecerdasan buatan. Namun, menjelang pemilihan, ia sekali lagi mengemukakan konsep "masyarakat dasar", menunjukkan komitmennya terhadap filosofi UBI.
Lee Jae-myung berpendapat bahwa, dalam era di mana AI dan robot mendominasi produksi, asumsi tradisional "setiap orang dapat terus bekerja" sudah usang. Ia mengusulkan agar keuntungan dari kemajuan teknologi harus dibagikan kepada semua orang, bukan didominasi oleh segelintir orang. Menurutnya, UBI bukan hanya kebijakan kesejahteraan, tetapi juga merupakan alat penting untuk menghadapi pemisahan sosial, dampak revolusi teknologi, dan penyusutan ekonomi.
Perlu dicatat bahwa konsep UBI telah mendapatkan perhatian luas di Korea Selatan. Tidak hanya partai politik khusus yang didirikan, tetapi juga tokoh-tokoh politik lainnya yang melakukan percobaan terkait. Kota Seoul sedang menjalankan eksperimen "penghasilan yang aman", bahkan rival politik Lee Jae-myung juga telah memasukkan konsep penghasilan dasar dalam platform partainya. Semua ini menunjukkan bahwa UBI di Korea Selatan telah bergerak dari konsep pinggiran menuju diskusi arus utama.
Namun, penerapan UBI secara besar-besaran masih menghadapi banyak tantangan, seperti keberlanjutan fiskal, pencapaian konsensus sosial, dan pelaksanaan kebijakan. Keberhasilan gagasan "sosial dasar" Li Jae-myung tidak hanya tergantung pada ide itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana mengatasi berbagai masalah dalam kenyataan.
Di era yang kaya materi dan teknologi yang maju ini, eksplorasi Lee Jae-myung mengajukan pertanyaan yang mendalam: Ketika mesin mengambil alih produksi, bagaimana manusia dapat mempertahankan martabat dan nilai di tengah gelombang teknologi? Mungkin ini adalah pemikiran terpenting yang ia tinggalkan untuk kita------bukan jawaban yang siap pakai, tetapi sebuah pertanyaan abadi tentang masa depan umat manusia.